Di suatu pagi hari, Rasulullah SAW bercerita kepada para sahabatnya, bahwa semalam beliau didatangi dua orang tamu. Dua tamu itu mengajak Rasulullah untuk pergi ke suatu negeri, dan Rasul menerima ajakan mereka. Akhirnya mereka pun pergi bertiga. Ketika dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang yang tengah berbaring. Tiba-tiba di dekat kepala orang itu ada orang lain yang berdiri dengan membawa sebongkah batu besar. Orang yang membawa batu besar itu dengan serta merta melemparkan batu tadi ke atas kepala orang yang sedang berbaring, maka remuklah kepalanya dan menggelindinglah batu yang dilempar tadi. Kemudian orang yang melempar batu itu berusaha memungut kembali batu tersebut. Tapi dia tidak bisa meraihnya hingga kepala yang remuk tadi kembali utuh seperti semula. Setelah batu dapat diraihnya, orang itu kembali melemparkan batu tersebut ke orang yang sedang berbaring tadi, begitu seterusnya ia melakukan hal yang serupa seperti semula. Melihat kejadian itu, Rasulullah bertanya kepada dua orang tamu yang mengajaknya, "Maha Suci Allah, apa ini?" "Sudahlah, lanjutkan perjalanan!" jawab keduanya. Maka mereka pun pergi melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang lagi. Orang tersebut sedang terlentang dan di sebelahnya ada orang lain yang berdiri dengan membawa gergaji dari besi. Tiba-tiba digergajinya salah satu sisi wajah orang yang sedang terlentang itu hingga mulut, tenggorokan, mata, sampai tengkuknya. Kemudian si penggergaji pindah ke sisi yang lain dan melakukan hal yang sama pada sisi muka yang pertama. Orang yang menggergaji ini tidak akan pindah ke sisi wajah lainnya hingga sisi wajah si terlentang tersebut sudah kembali seperti sediakala. Jika dia pindah ke sisi wajah lainnya, dia akan menggergaji wajah si terletang itu seperti semula. Begitu seterusnya dia melakukan hal tersebut berulang-ulang. Rasulullah pun bertanya, "Subhanallah, apa pula ini?" Kedua tamunya menjawab, "Sudah, menjauhlah!" Maka mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Selanjutnya mereka mendatangi sesuatu seperti sebuah tungku api, atasnya sempit sedangkan bagian bawahnya besar, dan menyala-nyala api dari bawahnya. Di dalamnya penuh dengan jeritan dan suara-suara hiruk pikuk. Mereka pun melongoknya, ternyata di dalamnya terdapat para lelaki dan wanita dalam keadaan telanjang. Dan dari bawah ada luapan api yang melalap tubuh mereka. Jika api membumbung tinggi mereka pun naik ke atas, dan jika api meredup mereka kembali ke bawah. Jika api datang melalap, maka mereka pun terpanggang. Rasulullah kembali bertanya, "Siapa mereka?" Kedua tamunya menjawab, "Menjauhlah, menjauhlah!" Akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka mendatangi sebuah sungai, sungai yang merah bagai darah. Ternyata di dalam sungai tadi ada seseorang yang sedang berenang, sedangkan di tepi sungainya telah berdiri seseorang yang telah mengumpulkan bebatuan banyak sekali. Setiap kali orang yang berenang itu hendak berhenti dan ingin keluar dari sungai, maka orang yang ditepi sungai mendatangi orang yang berenang itu dan menjejali mulutnya sampai ia pun berenang kembali. Setiap kali si perenang kembali mau berhenti, orang yang di tepi sungai kembali menjejali mulut si perenang dengan bebatuan hingga dia kembali ke tengah sungai. Rasulullah pun bertanya, "Apa yang dilakukan orang ini?!" "Menjauhlah, menjauhlah!" jawab kedua tamunya. Maka mereka pun melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan kali ini, mereka mendapatkan seseorang yang amat buruk penampilannya, sejelek-jeleknya orang yang pernah kita lihat penampilannya, dan di dekatnya terdapat api. Orang tersebut mengobarkan api itu dan mengelilinginya. "Apa ini?!" tanya Rasulullah "Menjauhlah, menjauhlah!" jawab kedua tamunya. Lalu mereka melanjutkan perjalanan lagi. Dalam perjalanan mereka menemukan sebuah taman yang indah, dipenuhi dengan bunga-bunga musim semi. Di tengah taman itu ada seorang lelaki yang sangat tinggi, hingga Rasulullah hampir tidak bisa melihat kepala orang itu karena tingginya. Di sekeliling orang tinggi itu banyak sekali anak-anak yang tidak pernah Rasul lihat sebegitu banyaknya. Melihat itu, Rasulullah kembali bertanya, "Apa ini? Dan siapa mereka?" Kedua tamunya menjawab, "Menjauhlah, menjauhlah!" Maka mereka pun pergi berlalu. Lalu mereka menyaksikan sebuah pohon yang amat besar, yang tidak pernah Rasul lihat pohon yang lebih besar dari ini. Pohon ini juga indah. Kedua tamu Rasul berkata, "Naiklah ke pohon itu!" Lalu mereka pun memanjatnya. Rasul dituntun menaiki pohon dan dimasukkannya ke dalam sebuah rumah yang sangat indah yang tak pernah Rasul lihat seumpamanya. Di dalamnya terdapat lelaki tua dan muda. Lalu mereka sampai pada sebuah kota yang dibangun dengan batu bata dari emas dan perak. Mereka mendatangi pintu gerbang kota itu. Tiba-tiba pintu terbuka dan mereka memasukinya. Mereka disambut oleh beberapa orang, sebagian mereka adalah sebaik-baik bentuk dan rupa yang pernah kita lihat, dan sebagiannya lagi adalah orang yang seburuk-buruk rupa yang pernah kita lihat. Kedua tamu yang bersama Rasulullah berkata kepada orang-orang itu, "Pergilah, dan terjunlah ke sungai itu!" Ternyata ada sungai terbentang yang airnya sangat putih jernih. Mereka pun segera pergi dan menceburkan dirinya masing-masing ke dalam sungai itu. Kemudian mereka kembali kepada Rasululullah dan dua tamunya. Kejelekan serta keburukan rupa mereka tampak telah sirna, bahkan mereka dalam keadaan sebaik-baik rupa! Lalu kedua orang tamu Rasulullah berkata, "Ini adalah Surga 'Adn, dan inilah tempat tinggalmu!" "Rumah pertama yang kau lihat adalah rumah orang-orang mukmin kebanyakan, adapun rumah ini adalah rumah para syuhada', sedangkan aku adalah Jibril dan ini Mika'il. Maka angkatlah mukamu (pandanganmu)." Maka mata Rasulullah langsung menatap ke atas, ternyata sebuah istana bagai awan yang sangat putih. Kedua tamu Rasulullah berkata lagi, "Inilah tempat tinggalmu!" Rasulullah berkata kepada mereka, "Semoga Allah memberkati kalian." Kedua tamu itu lalu hendak meninggalkan Rasulullah. Maka Rasulullah pun segera ingin masuk ke dalamnya, tetapi kedua tamu itu segera berkata, "Tidak sekarang engkau memasukinya!" [1] "Aku telah melihat banyak keajaiban sejak semalam, apakah yang kulihat itu?" tanya Rasulullah kepada mereka. Keduanya menjawab, "Kami akan memberitakan kepadamu. Adapun orang yang pertama kau datangi, yang remuk kepalanya ditimpa batu, dia itu adalah orang yang membaca Al Qur'an tetapi ia berpaling darinya, tidur di kala waktu shalat fardhu (melalaikannya). Adapun orang yang digergaji mukanya sehingga mulut, tenggorokan, dan matanya tembus ke tengkuknya, adalah orang yang keluar dari rumahnya dan berdusta dengan sekali-kali dusta yang menyebar ke seluruh penjuru. Adapun orang laki-laki dan perempuan yang berada dalam semacam bangunan tungku, maka mereka adalah para pezina. Adapun orang yang kamu datangi sedang berenang di sungai dan dijejali batu, maka ia adalah pemakan riba. Adapun orang yang sangat buruk penampilannya dan di sampingnya ada api yang ia kobarkan dan ia mengitarinya, itu adalah malaikat penjaga neraka jahannam. Adapun orang yang tinggi sekali, yang ada di tengah-tengah taman, itu adalah Ibrahim AS. Sedangkan anak-anak di sekelilingnya adalah setiap bayi yang mati dalam keadaan fitrah." ... Lalu di sela-sela penyampaian cerita ini, para sahabat bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan anak orang-orang musyrik?" Rasulullah menjawab, "Dan anak orang-orang musyrik." Lalu Rasulullah SAW melanjutkan ceritanya. Adapun orang-orang yang sebagian mukanya bagus, dan sebagian yang lain mukanya jelek, mereka itu adalah orang-orang yang mencampuradukan antara amalan shalih dan amalan buruk, maka Allah mengampuni kejelekan mereka. [] Maraji': Riyadhush Shalihin |
Jumat, 18 Juli 2008
Kisah Perjalanan Rasulullah SAW ke Surga Bersama Dua Tamunya
Menikmati Demokrasi
Ringkasan "Menikmati Demokrasi" Ust. Anis Matta, Lc. | |
| |
Asas Penyikapan Hudzaifah Trisakti online - Jakarta, Sebuah keputusan syuro akan bisa dijalankan dengan baik oleh sebuah komunitas, maka syuro yang dilaksanakan haruslah sebuah syuro yang bermutu. Ada beberapa nilai yang menentukan mutu sikap dan keputusan da'wah, yaitu:
Ketiga hal di atas terkait dengan dua sisi yang selalu melekat pada sikap dan keputusan da'wah.
Muatan dan Proses Muatan di sini adalah muatan kebenaran (syar'i) yang ditentukan oleh referensi, metode yang kita gunakan. Metode berupa ijtihad, tidak lain adalah dengan menggabungkan dua pengetahuan sekaligus, yaitu :
Yang dilakukan dalam ijtihad adalah bagaimana memberlakukan kebenaran-kebenaran wahyu Allah SWT dalam realitas kehidupan manusia. Secara substansi, ajaran syariat Islam berorientasi pada kebaikan dan kepentingan hidup manusia. Sebagaimana Ibnu Taimiyah: "...dimana ada kemashlahatan bagi manusia, di situ pasti terdapat syariat Alloh SWT". Dengan kata lain syariat Islam mengakomodasi segala hal yang menciptakan kemashlahatan sebanyak-banyaknya bagi manusia. Jadi asas penentuan sikap dan pengambilan keputusan adalah 'asumsi' mashlahat yang terdapat dalam perkara itu. Asumsi bersifat relatif, sedangkan yang digunakan dalam sebuah ijtihad adalah asumsi yang kuat (zhonn rajih). Yang terkait dengan proses adalah lembaga pengambilan keputusan atau apa yang disebut 'syuro'. Karena kemashlahatan itu didefinisikan melalui sejumlah asumsi dasar, dengan merujuk pada realitas, rasionalitas dan idealitas sudah tentu akal kolektif lebih baik dari akal individu. Karena itu keputusan bersama lebih baik daripada keputusan individu. Resiko Sebuah Keputusan Yang menjadi pertanyaan umum terkait dengan masalah syuro adalah apakah keputusan yang lahir dari syuro tidak mungkin salah? Prinsip ini (keunggulan akal kolektif atas akal individu) sering dipertentangkan dengan masalah pengendalian kolektif atas proses kreativitas individu. Adanya anggapan keputusan syuro selalu benar dapat menjadikan para pengambil keputusan abai terhadap antisipasi resiko. Hakikat yang perlu dipahami dalam syuro dan keputusannya adalah:
Antisipasi resiko Produk syuro selalu mengandung resiko kesalahan atau setidaknya tempo kebenaran yang sangat pendek, dalam pendefinisian mashlahat ammah dan mudhorot yang bersifat asumtif. Kesalahan yang terjadi sebagai produk syuro, masih memberikan ruang perbaikan (perubahan keputusan) dan keuntungan dikarenakan 2 hal:
Optimalisasi Sebuah Syuro Hal yang berkaitan dengan antisipasi resiko adalah bagaimana menghasilkan sebuah keputusan syuro yang bermutu. Ini bisa diartikan dengan bagaimana mengoptimalkan syuro. Secara umum ada 2 fungsi syuro:
Fungsi psikologis terlaksana jika:
Fungsi syuro yang sesungguhnya adalah mewadahi keragaman sebagai sumber kreativitas dan keunggulan kolektif. Tapi yang menjamin terciptanya keseimbangan yang optimal antara kebebasan berekspresi dan penerimaan yang wajar apa adanya adalah kekhlasan pertanggujawaban dan kelapanagn dada setaiap peserta syuro. Fungsi instrumental sebuah syuro jika mekanisme pengambilan keputusan berjalan dengan baik maka organisasi itu akan punya soliditas dan resisitensi yang tinggi terhadap berbagai bentuk goncangan yang bisa mengakhiri organisasi. Fungsi instrumental ini hanya terlaksana apabila beberapa syarat terpenuhi:
Pengalaman keikhlasan yang penting adalah tunduk dan patuh pada sesuatu yang kita tidak setujui dan taat dalam keadaan terpaksa. Dalam kaitan ini sangat relevan muncul pertanyaan, bagaimana mengelola ketidaksetujuan terhadap hasil syuro? Sebelum sampai kepada jawaban pertanyaan tersebut ada baiknya kita lakukan langkah-langkah berikut, sebagaimana dalam tulisan Anis matta.
Jangan pernah merasa lebih besar dari jama'ah atau lebih cerdas dari kebanyakan orang. Yang perlu diperkokoh adalah tradisi ilmiah kita, dalam bentuk:
Semua ini akan menentukan apakah kita matang secara tarbawi atau tidak.
Syubhat di Sekitar Sikap Kritis Sikap kritis diperlukan dalam jama'ah sebagai kontrol, pengendalian dan perbaikan yang berkesinambungan. Sikap kritis dan kultur introspeksi menjadi instrumen penting dalam proses penyempurnaan kehidupan berjamaah. Umar bin Khoththob mengucapkan terima kasih kepada siapapun yang menghadiahkan 'aibnya' kepadanya. Al Mutarabbi (penyair Arab) :'...orang yang sempurna adalah yang 'aibnya dapat dihitung'....' Akan tetapi ada beberapa syubhat dari implementasi sikap kritis, terutama saat sikap kritis bertemu dengan suasana keterbukaan dan kebebasan menyampaikan pendapat.
Kritik akan efektif memperbaiki seseorang atau suatu keadaan apabila unsur2nya terpenuhi:
Menyikapi Orang Kreatif dan Kritis Sikap kritis umumnya merupakan indikator kesehatan hidup berjama'ah. Karena instrumen dan proses perbaikan berkesinambungan bekerja dengan baik. Suatu ketika Umar bin Khottob berkata, " Semoga Alloh SWT merahmati seseorang yang telah menghadiahkan aibku kepadaku". Yang perlu dikhawatirkan adalah sikap kritis berkembang secara tidak positif dan memicu konflik pribadi yang tidak sehat. Apa dan bagaimana seharusnya para pemimpin amal Islami menyikapi kritik dan kreativitas yang pasti selalu ditemui sepanjang kehidupan berjamaah.
Keragaman yang Produktif Dalam konteks qiyadah-jundiyah yang juga tidak kalah pentingnya adalah bagaimana mengelola perbedaan pendapat dalam jamaah da'wah dan mengubahnya menjadi faktor produktif bagi da'wah? Beberapa tradisi yang kuat yang dengan sendirinya akan mengubah keragaman menjadi faktor produktif.
Mengokohkan Tradisi Ilmiah Beberapa ciri tradisi ilmiah yang kokoh, yang dapat mengubah keragaman menjadi produktivitas kolektif:
|
Nafas Amal Kebaikan
Tetapi, kalau kita renungkan secara jujur, ada batas minimal dimana seorang muslim bisa tetap bertahan melakukan kebaikan. Rahasianya, terletak pada sejauh mana kemampuan kita menyiasati lika-liku hidup agar tetap dalam irama kebaikan. Kuncinya terletak pada bagaimana menjaga nafas-nafas kebaikan. Beberapa langkah berikut, barangkali bisa membantu.
Pertama, yakini setiap amal ada nilainya
Dalam Islam, tidak ada kebaikan yang tak bernilai. Justru di antara bentuk keadilan dan rahmat yang ditebarkan Islam adalah penghargaannya terhadap segala bentuk kebaikan, meski hanya kecil. Seorang muslim tidak boleh menganggap remeh amal kebaikan yang ia lakukan. Ini tentu dalam kaitan menjaga semangat beramal, bukan dalam pengertian merasa amal kita sudah banyak.
Seperti juga dalam hidup ini, banyak peran-peran penting yang diemban oleh unsur-unsur kecil. Demikian pula nilai sebuah amal. Lihatlah gunung yang tinggi menjulang. Ia terdiri dari bebatuan kecil dan besar. Lihatlah penyangga rel kereta api yang dilalui “ular besi" yang beratnya berton-ton. Ternyata, di bawah bantalan rel itu ada batu-batu kecil yang menyangga beban berat itu.
Rasulullah sendiri menyampaikan dalam beberapa haditsnya, betapa Islam sangat menghargai kebaikan. Meskipun amal itu kecil. Salah satunya, sabda beliau, “Janganlah engkau menghina sebuah kebajikan, meski engkau mendapati saudaramu dalam keadaan berseri-seri wajahnya." (HR. Muslim). Dalam kisah yang lain, kita bisa merasakan makna yang sangat mendalam dari nasehat Rasulullah kepada istrinya, Aisyah, “Jauhilah neraka, meski dengan (bersedekah senilai) separoh biji karma.”
Setiap kebaikan yang dilaksanakan dengan ikhlas, akan didapati balasannya di sisi Allah. Kita tentu pernah mendengar nasehat Luqman Al-Hakim kepada anaknya, yang kemudian diabadikan dalam Al-Qur’an. “Wahai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Qs. Luqman: 16).
Maka, landasan pertama kesinambungan amal ada pada pemahaman kita tentang nilai sebuah amal. Setiap kebaikan pasti ada manfaatnya. Bagi pelakunya, maupun bagi orang lain. Kalau tidak di dunia, insya Allah di akhirat.
Kedua, selalu merasa kurang
Seorang muslim, tidak boleh merasa puas dengan apa-apa yang telah ia lakukan. Selain sebagai bentuk etika kepada Allah, sikap ini juga kita perlukan sebagai penyambung amal-amal kebajikan. Artinya, dengan merasa kurang, kita akan terdorong untuk terus beramal dan beramal. Kelak, yang kita bawa pulang kepada Allah bukanlah kekayaan dunia.
Meski kita membutuhkan dunia seperlunya. Bila kita menyadari, bahwa amal-amal kita sajalah yang akan menemani kita di akhirat, tentu secara akal sehat kita harus memperbanyak kumpulan amal-amal itu. Apapun bentuk-nya, dan seberapapun besarnya.
Terlebih, bila kita menyadari betapa beratnya tantangan hidup. Dunia ini seperti hutan belantara yang gelap. Yang tidak punya cahaya dan tidak tahu jalan pasti akan tersesat. Lentera kehidupan dan cahaya itu adalah iman kepada Allah. Sedang minyak atau bahan bakarnya adalah amal-amal shalih. Dengan lentera itu kita tidak akan salah jalan. Kita bisa menghindari jurang yang berbahaya. Iman yang tidak dinyalakan oleh amal, tidak akan bisa menerangi hidup, karena ia akan semakin redup, hingga akhir-nya padam. Maka, setiap kali berbuat kebaikan, sedikit demi sedikit, ingatlah bahwa ia akan menambah minyak bagi lentera tersebut.
Ketiga, carilah kesegaran baru
Kadangkala, datang rasa malas atau bosan untuk terus melakukan sebuah kebaikan tertentu. Manusia memang tidak akan luput dari pasang surut semangat, naik turun iman, dan irama hati yang kadang berubah-ubah. Keadaan ini bisa berpengaruh terhadap kesinambungan sebuah amal. Mula-mula mungkin mengurangi amal tersebut, tetapi bila dibiarkan bisa-bisa ia membuatnya terhenti.
Menghadapi kenyataan tersebut, salah satu cara yang mungkin bisa kita lakukan adalah mencari kesegaran baru. Maksudnya, kita mencoba menyegarkan kembali jiwa dan raga. Bisa dengan cara mengubah kebiasaan yang rutin dengan sesuatu yang baru. Menyela kegiatan-kegiatan yang monoton dengan kegiatan baru. Mungkin rekreasi, olah raga, silaturrahmi, bermain bersama anak-anak, atau yang lainnya.
Kesegaran di sini tentu harus dalam batas yang halal. Banyak perkara-perkara halal yang disediakan Allah dalam hidup ini. Cobalah, dan ambil kesegaran barunya untuk memberi semangat hidup dan gairah beramal yang baru. Setiap kita umum-nya mengenali karakter diri kita masing-masing. Termasuk, mengenali kapan saat-saat kejenuhan dan rasa bosan itu datang. Bahkan, sebagian orang sangat mengerti, apa penyebabnya, Atau bahkan ada yang menyadari dan memahami implikasi dari setiap kondisi yang ia lakoni terhadap pasang surutnya semangat beramal tersebut. Maka, berdasar karakter tersebut, tinggal kita pilih apa kesegaran baru yang ingin kita ambil. Sesudah itu, tentu, kita kembali lagi berkarya dan beramal.
Keempat, mohonlah pertolongan
Yang utama dan pertama tentu memohon pertolongan kepada Allah. Dengan do’a, kepasrahan dan bertaqarrub kepada-Nya. Taqarrub adalah persembahan untuk Allah, sebagai modal untuk memohon kepada-Nya. Seperti dalam Al-Qur’an, dijelaskan bahwa salah satu contoh memohon pertolongan adalah dengan sabar dan menunaikan shalat.
Dalam konteks kemanusiaan, meminta pertolongan kepada sesama saudara muslim juga kita perlukan. Hidup ini terlalu berat untuk dijalani seorang diri, bahkan meskipun oleh seorang mukmin. Demikian juga upaya menjaga kesinambungan amal. Kalaulah tidak seperti itu, tentu Rasulullah tidak begitu sering menekankan pentingnya hidup berjama’ah, sebuah bentuk lain dari menolak kesendirian. Sebab, seperti perumpamaan yang disampaikan Rasulullah, serigala itu akan memangsa domba-domba yang sendirian.
Meminta tolong kepada teman, saudara, keluarga, orang-orang shalih, bisa bermacam bentuknya. Bisa dengan meminta nasehat dari mereka, menimba pengalaman, atau saling berbagi. Intinya, bagaimana agar amal-amal yang kita tabung bisa terus berjalan, meski sedikit demi sedikit.
Akhirnya, kita memang harus menyadari, bahwa jalan kebajikan itu beribu jumlahnya. Tak jadi soal mana yang kita pilih. Itu memberi kesempatan bagi segala macam orang untuk beramal, termasuk kepada kita. Tinggal bagaimana amal itu dijaga nafas-nafasnya, agar ia tidak berhenti kecuali bersamaan dengan berhentinya nafas-nafas kita. Wallahu’alam.
Filosofi
Filosofi ( di ambil dari karya H.M Anis Matta lc semoga bermanfaat )
Tidak ada pahlawan sejati yang besar yang tidak mempunyai struktur filosofi yang solid dan kuat. Filosofi adalah sebuah ruang kecil dalam kepribadian kita darimana seluruh tindakan diarahkan dan dikontroI. Tindakan-tindakan kepahlawanan selalu lahir dari pikiran-pikiran kepahlawanan. Orang-orang yang tidak mempunyai pikiran-pikiran besar tidak akan pernah terarahkan untuk melakukan tindakan-tindakan kepahlawanan.
Filosofi adalah kerangka pikiran yang terbentuk sedemikian rupa dalam diri kita dan berfungsi memberi kita ruang bagi semua tindakan yang “mungkin" kita lakukan. Semakin luas "kerangka berpikir" itu semakin luas pula "wilayah tindakan" yang mungkin kita lakukan. Saya menyebutnya “wilayah kemungkinan”. Setiap tindakan yang mempunyai wujud dalam pikiran kita akan segera masuk dalam wilayah kemungkinan. Pada saat sebuah tindakan masuk dalam wilayah kemungkinan itu, kita akan segera merasakan sesuatu yang ingin saya sebut sebagai “perasaan berdaya". Yaitu semacam keyakinan yang menguasai jiwa kita bahwa kita "mampu" melakukannya. Keyakinan itu saja sudah memadai untuk merangsang dorongan dari dalam jiwa kita untuk melakukannya. Begitulah akhirnya “tekad" terbentuk. Dan tekad seperti ini adalah "power" karena ia lahir dari perasaan berdaya.
Filosofi terbentuk dalam diri kita sebagai kumulasi dari kerja-kerja imajinatif. Sedangkan imajinasi itu sendiri merupakan bagian dari fungsi pikiran dan emosi sekaligus. Itu merupakan proses yang saling sublim dalam diri kita, tapi sekaligus merupakan tahapan kreativitas yang sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian kita. Seperti ketika kita menyusun kata menjadi kalimat, atau memadukan warna menjadi gambar, atau menyerap selera ke dalam desain, seperti itulah imajinasi mempertautkan anak-anak pikiran menjadi sebuah filosofi.
Sebagian dari yang terekam dalam filosofi itu, adalah cara memaknai suatu sisi kepahlawanan. Misalnya cara Khalid bin Walid memaknai jihad atau peperangan yang menjadi sisi kepahlawanannya. Ia pernah mengatakan; “Berada pada suatu malam yang sangat dingin untuk berjihad di jalan Allah lebih aku senangi daripada mendapatkan hadiah seorang pengantin perempuan cantik di malam pengantin."
Atau misalnya cara ‘Amr bin ‘Ash memaknai keterampilan politik seorang pemimpin: ‘Jika seorang pemimpin tahu bagaimana memasuki suatu urusan, ia harus juga mengetahui bagaimana cara keluar dari urusan itu, sesempit apapun jalan keluar yang tersedia."
Atau misalnya cara Umar bin Khattab memaknai akseptabilitas seorang pemimpin dimata Allah dalam sebuah pesannya kepada para pejabat di masa kekhilafahannya: "Ketahuilah kedudukan Anda di mata Allah sesuai dengan tingkat penerimaan masyarakat kepada Anda."
Tapi filosofi juga membicarakan harapan-harapan kita, arti kehormatan, sumber motivasi, yang kita sukai dan kita benci, proses pemaknaan terhadap sesuatu, fungsi keterampilan kepribadian, dan seterusnya. Yang akhirnya, apa yang digambarkan oleh filosofi itu adalah keseluruhan kepribadian kita. Itulah kunci kepribadian kita. Wallahu’alam.
H.M. Anis Matta, Lc
Mencintai Itu Keputusan
Mencintai Itu Keputusan
Karya : Anis Matta
Lelaki tua menjelang 80-an itu menatap istrinya.
Lekat-lekat. Nanar. Gadis itu masih terlalu belia.
Baru saja mekar. Ini bukan persekutuan yang mudah.
Tapi ia sudah memutuskan untuk mencintainya.
Sebentar kemudian ia pun berkata,"Kamu kaget melihat
semua ubanku? Percayalah! Hanya kebaikan yang kamu
temui di sini".
Itulah kalimat pertama Utsman bin Affan ketika
menyambut istri terakhirnya dari Syam, Naila.
Selanjutnya adalah bukti.
Sebab cinta adalah kata lain dari memberi.
sebab memberi adalah pekerjaan..
sebab pekerjaan cinta dalam siklus memperhatikan,
menumbuhkan, merawat
dan melindungi itu berat.
sebab pekerjaan berat itu harus ditunaikan dalam waktu
lama.
sebab pekerjaan berat dalam waktu lama begitu hanya
mungkin dilakukan oleh mereka yang memiliki
kepribadian kuat dan tangguh.
maka setiap orang hendaklah berhati-hati saat ia
mengatakan, "Aku mencintaimu". Kepada siapapun!
Sebab itu adalah keputusan besar. Ada taruhan
kepribadian disitu.
Aku mencintaimu, adalah ungkapan lain dari Aku ingin
memberimu sesuatu.
Yang terakhir ini juga adalah ungkapan lain dari,
"Aku akan memperhatikan dirimu dan semua situasimu
untuk mengetahui apa
yang kamu butuhkan untuk tumbuh menjadi lebih baik dan
bahagia..."
"aku akan bekerja keras untuk memfasilitasi dirimu
agar bisa tumbuh
semaksimal mungkin..."
"aku akan merawat dengan segenap kasih sayangku proses
pertumbuhan
dirimu melalui kebajikan harian yang akan kulakukan
padamu ..."
"aku juga akan melindungi dirimu dari segala sesuatu
yang dapat merusak
dirimu...."
Dan proses pertumbuhan itu taruhannya adalah
kepercayaan orang yang kita
cintai terhadap integritas kepribadian kita. Sekali
kamu mengatakan kepada seseorang, "Aku mencintaimu", kamu harus membuktikan ucapan itu. Itu deklarasi jiwa bukan saja tentang rasa suka dan ketertarikan, tapi terutama tentang kesiapan dan kemampuan memberi, kesiapan dan kemampuan berkorban, kesiapan dan kemampuan pekerjaan-pekerjaan cinta: memperhatikan, menumbuhkan, merawat dan melindungi. Sekali deklarasi cinta tidak terbukti, kepercayaan hilang lenyap. Tidak ada cinta tanpa kepercayaan. Begitulah bersama waktu suami atau istri kehilangan kepercayaan kepada pasangannya. Atau anak kehilangan kepercayaan kepada orang tuanya. Atau sahabat kehilangan kepercayaan kepada kawannya. Atau rakyat kehilangan kepercayaan kepada pemimpinnya. Semua dalam satu situasi: cinta yang tidak terbukti. Ini yang menjelaskan mengapa cinta yang terasa begitu panas membara di awal hubungan lantas jadi redup dan padam pada tahun kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Dan tiba-tiba saja perkawinan bubar, persahabatan berakhir, keluarga berantakan, atau pemimpin jatuh karena tidak dipercaya rakyatnya.
Jalan hidup kita biasanya tidak linear. Tidak juga seterusnya pendakian. Atau penurunan. Karena itu, konteks di mana pekerjaan-pekerjaan cinta dilakukan tidak selalu kondusif secara emosional.
Tapi disitulah tantangannya: membuktikan ketulusan di tengah situasi-situasi yang sulit. Di situ konsistensi teruji.Di situ juga integritas terbukti. Sebab mereka yang bisa mengejawantahkan cinta di tengah situasi yang sulit, jauh lebih bisa membuktikannya dalam waktu yang longgar.
Mereka yang dicintai dengan cara begitu, biasanya mengatakan bahwa hati dan jiwanya penuh seluruh. Bahagia sebahagia-bahagianya. Puas sepuas-puasnya. Sampai tak ada tempat bagi yang lain. Bahkan setelah sang pencinta mati.
Begitulah Naila. Utsman telah memenuhi seluruh jiwanya dengan cinta.Maka ia memutuskan untuk tidak menikah lagi setelah suaminya terbunuh. Ia bahkan merusak wajahnya untuk menolak semua pelamarnya. Tak ada yang dapat mencintai sehebat lelaki tua itu.
Shina’atul ‘Uqul (Rekayasa Akal-Akal Baru)
Bagaimana mendefinisikan pendidikan (tarbiyah) dalam tiga kata? Saya yakin, kesulitan akan menanti anda bila anda mencoba mencari definisi pendidikan dengan kualifikasi seperti tadi dalam berbagai buku ilmu pendidikan. Saya yakin itu. Mengapa ?
Barangkali, dimensi yang termuat dalam kata pendidikan (tarbiyah) terlalu banyak, dan sulit untuk dirangkum dalam hanya tiga kata. Tapi, saya telah menemukan definisi itu. Pendidikan (tarbiyah), kata Muhammad Quthb dalam Manhaj Tarbiyah Islamiyah, adalah “Seni Membentuk Manusia” (Fannu Tasykilil Insan).
Kita semua tahu, dimensi-dimensi manusia yang harus dibentuk adalah akal, hati, dan badan. Bila ketiga hal itu dilihat dari sisi proses tarbiyah yang telah dilakukan oleh Harakah Islam, patutlah sejenak kita bergembira. Sebab, ada banyak angka keberhasilan yang dapat kita raba, lihat dan saksikan.
Hanya ada satu hal yang nampaknya perlu difokuskan lebih jauh di sini. Tantangan untuk merumuskan “ Manhajul Badailil Islamiyah “ perlu disikapi lebih jauh dalam bentuk implementasi nyata. Pada bagian ini, yang ingin menjadi fokus adalah implementasinya pada skala struktur.
Tantangan itu tentu membutuhkan sejumlah SDM Harakah Islamiyah. Dengan kata lain, sudah saatnya Harakah Islamiyah membibit “qiyadah-qiyadah fikriyah” yang diantara fungsi-fungsinya adalah merumuskan Al-Badailul Islamiyah itu. Sebab, sejauh ini , Harakah Islamiyah terbilang berhasil melahirkan qiyadah ruhiyah (pemimpin jihad), qiyadah siyasiyah (pemimpin politik). Tapi, setelah Harakah Islam berhasil membobol tembok wilayah politik, seperti yang kita lihat pada pada kasus Turki, Yaman, Yordania, Kuwait, Sudan dan lainnya, tantangan selanjutnya secara langsung ditujukan kepada basis kepemimpinan pemikiran.
Dalam kaitan itu, makin terasa urgensi memberi orientasi baru yang lebih terfokus pada aspek “Fannu Shina’atul Uqul (seni merekayasa akal-akal baru ) dalam Harakah Islam. Untuk itu, kita dituntut memahami sejumlah problema yang menimpa akal muslim, konsep strukturisasi tsaqafah muslim, konsep pembinaan manusia-manusia jenius dan lainnya.
Pertimbangannya adalah, Harakah Islam telah berhasil melalui satu tangga dari fase kebangkitannya, yaitu “Yaqizhah Ruhiyah” (kebangunan spritual). Dan kini saatnya kita melangkah lebuh jauh menaiki tangga selanjutnya. Yaitu, fase “Shahwah Fikriyah” (Kebangkitan Pemikiran). Fase ini berfungsi memberi kontribusi konseptual pada proses aplikasi Islam secara kaffah dalam konteks kehidupan modern.
Walhasil, kita perlu memperluas wawasan konseptual kita tentang makna tarbiyah, sekaligus mencoba sumber-sumber pengayaan dalam menangani seni merekayasa akal-akal baru Muslim modern, yang mampu memadukan dimensi ‘ashalah’ (orisinalitas) dan ‘mu’asharah (kekontemporeran). Karena, akal-akal Muslim sebelumnya, selalu hanya mampu mengambil satu sisi dari karakter kepemikiran ini. Ada pemikir yang memiliki ashalah tsaqafiyah, tapi tidak mampu berinteraksi dengan zamannya. Demikian pula sebaliknya. Ada juga yang kadang mencoba memadukannya, tapi gagal dan hanya berakibat split. Mungkinkah Harakah Islam kini mampu melewati batas-batas kegagalan itu ? Semoga!
(Disalin dari buku Arsitek Peradaban, karangan Anis Matta, diterbitkan tahun 2006 oleh Fitrah Rabbani)
Asclepiadaceae | ![]() |
The Madagascar jasmine also known as Bridal Wreath is the most well known of about 13 species of the genus Stephanotis. Most representatives originate on Madagascar (S. acuminata, s. floribunda, S. grandiflora, S. isaura and S. thouarsii) but there are also species found in China (S. nana and S. yunnanensis), in Japan (S. japonica and S. lutchuensis), on the Malabar peninsula (S. parviflora) and on Cuba (S. longiflora and S. vincaeflora). The genus name Stephanotis has Greek origin, made up of two words; stephonos meaning crown and otos which is ear; a 'crown of ears' which it faintly resembles with the flower trumpet as a meatus surrounded by five "ears." |
![]() | The Madagascar jasmine is widely cultivated for its lasting waxy white flowers and intense fragrance. The scent is strongly reminiscent of the true jasmine, Jasminum officinale, hence the common name. However, these species are not at all related: The Stephanotis species belongs to the milkweed family, Asclepiadaceae, while the Jasmines are members of the olive family, Oleaceae. |
Stephanotis care instructionsThe Bridal Wreath thrives with bright but indirect lighting. Mine is placed in a bright North window. Also, try to provide some humidity as this plant will do better then although this is not critical for the plant's survival. The Madagascar jasmine is a vine with twining growth habit so you need to provide a support for it. One important point to remember is to not move the plant when in bloom, not even twist it around in the window as then the buds may fall. | |
Temperature The temperature should be moderate 60-85F (16-28C), preferable at the cooler end during the rest period. Temperatures below 40F (7C) should be avoided. Watering Even watering throughout the growth season, March - September, especially if your plant is in bud or bloom. Keep somewhat on the dry side during the rest period. Feeding Feed with a fertilizer suitable for tropical plants during growing season. I use the 18-5-23 HVH Special Blend Hibiscus Fertilizer with excellent result. Winter rest Please note that if you want lots of flowers you need to give your Stephanotis a rest period during the winter months, October -February. Some of the longer, tender shoots might wither down during this time which is normal. Pruning Prune back soft wood in spring to encourage flowering. Also remove all dead or damaged wood. While doing this you may carefully straighten up the tangle of branches this plant often creates. Fasten branches to the support and help to plant twine the right way. | ![]() I have had this Madagascar jasmine for four years. This year the spring blooming resulted in seven flower clusters averaging five blossoms each |
Primrose Jasmine

Primrose Jasmine is a tall, slender stemmed evergreen shrub. It has dark green leaves and a square stem. The flowers are lemon-yellow and unscented these are normally seen in the winter and spring. Sometimes Primrose Jasmine acts like a climber with it wild branches and it can grow up to 10 feet tall when planted near a support. Jasminum mesnyi can grow in shade but looks best in a sunny location with a well drained soil. Looks best when given adequate space, as it can get 2-3 times as wide as it is tall. This plant is a vigorous grower and may need to be sheared occasionally to keep it from getting out of control. Primrose Jasmine is a great plant for a cascading effect in the landscape.
Hardiness: USDA Zones 8-10
Plant Use: Shrub
Exposure: Full Sun to Part Shade
Water Requirements: Medium
MANFAAT MELATI
Kelebihan ASI, Sakit mata, Demam, Sakit Kepala, Sesak Napas.
Pemanfaatan :
1. Menghentikan ASI yang keluar berlebihan
Bahan: 1 genggam daun melati
Cara membuat: bahan tersebut dipipis halus
Cara menggunakan: ditempel di seputar buah dada, setiap pagi
sebelum mandi.
2. Sakit mata (mata merah atau belek)
Bahan: 1 genggam daun melati
Cara membuat: bahan tersebut dipipis halus
Cara menggunakan: ditempel pada dahi, apabila sudah kering
diganti baru, ulangi sampai sembuh.
3. Bengkak akibat serangan daun lebah
Bahan: 1 genggam bunga melati
Cara membuat: bahan tersebut diremas-remas sampai halus
Cara menggunakan: ditempel pada bagian yang disengat lebah.
4. Demam dan sakit kepala
Bahan: 1 genggam daun melati, 10 bunga melati
Cara membuat: bahan tersebut diremas-remas dengan tangan,
kemudian direndam dengan air dalam rantang
Cara menggunakan: air rendaman ini digunakan untuk kompres dahi
5. Sesak napas
Bahan: 20 lembar daun melati dan garam secukupnya
Cara membuat: bahan tersebut direbus dengan 3 gelas air sampai
mendidih hingga tinggal 2 gelas dan disaring.
Cara menggunakan: ditempel di seputar buah dada, setiap pagi
sebelum mandi.
Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA : Melati mengandung senyawa-senyawa unsur kimia yang besar manfaatnya untuk pengobatan. Kandungan kimia yang ada tersebut antara lain indol, benzyl, livalylacetaat.
Sumber: http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=126
BUNGA MELATI

Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang hidup menahun. Di Indonesia, salah satu jenis melati dijadikan sebagai simbol nasional yaitu melati putih (Jasminum sambac) karena bunganya dikaitkan dengan berbagai tradisi dar banyak suku di negara ini. Jenis lain yang juga populer adalah gambir (J. officinale). Di Indonesia nama melati dikenal oleh masyarakat di seluruh wilayah Nusantara. Nama-nama daerah untuk melati adalah Menuh (Bali), Meulu cut atau Meulu Cina (Aceh), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo), Manduru (Menado), Mundu (Bima dan Sumbawa) dan Manyora (Timor), serta Malete (Madura). Di Italia, melati casablanca (Jasminum officinalle), yang disebut Spanish Jasmine ditanam tahun 1692 untuk dijadikan parfum. Tahun 1665 di Inggris dibudidayakan melati putih (J. sambac) yang diperkenalkan oleh Duke Casimo de Medici. Dalam tahun 1919 ditemukan melati J. parkeri di kawasan India Barat Laut, Kemudian dibudidayakan di Inggris pada tahun 1923. Jenis-jenis melati Di antara 200 jenis melati yang telah diidentifikasi oleh para ahli botani baru sekitar 9 jenis melati yang umum dibudidayakan dan terdapat 8 jenis melati yang potensial untuk dijadikan tanaman hias. Sebagian besar jenis melati tumbuh liar di hutan-hutan karena belum terungkap potensi ekonomi dan sosialnya. Tanaman melati termasuk suku melati-melatian atau Oleaceae.
http://www.plnbali.co.id/infolistrik_tips.asp

Persiapkan Diri Anda PENGHEMATAN ENERGI PADA PENCAHAYAAN
PENGHEMATAN ENERGI PADA TATA UDARA
PENGHEMATAN ENERGI PADA POMPA AIR
– Rele tekan ( pressure switch ) tidak bekerja. – Instalasi pipa air di dalam bangunan ada yang bocor. – Kran air tidak ditutup sempurna atau rusak.
PENGHEMATAN ENERGI PADA MESIN CUCI
PENGHEMATAN ENERGI PADA LEMARI PENDINGIN
PENGHEMATAN ENERGI PADA SETRIKA
PENGHEMATAN ENERGI LAINNYA
|